top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Tempat Perteduhan Jiwa

Updated: Aug 1, 2020


Mazmur 91:9-16

Menjadikan Allah tempat perlindungan adalah kebutuhan jiwa, bukan opsi kalau diperlukan. Menjadikan Allah tempat perlindungan karena kita tidak mampu, kita dihadapkan pada kegagalan dan ketakutan dalam menjalani hidup ini karena ketidak berdayaan kita. Saat kita sudah tidak kuat lagi, sudah cape lahir dan batin oleh badai kehidupan, kita perlu tempat untuk berlindung. Tempat di mana kita bisa berteriak, mengadu, mencurahkan isi hati kita dengan bebas tanpa takut dihakimi atau ditertawakan. Kalau terjadi hujan badai kita segera mencari perteduhan dan ada banyak tempat yang bisa dipakai untuk berlindung dari angin dan badai. Namun di mana tempat perteduhan bagi jiwa yang lelah? Ketika jiwa telah lelah, banyak orang tidak tahu di mana mereka akan berlindung. Jiwa mereka terlunta-lunta, letih lesu, akhirnya jatuh ke dalam jurang depresi yang dalam atau mengalami gangguan. Tentu saja ini mempengaruhi kualitas hidup kita.

Pemazmur mengisahkan pengalaman imannya ketika ia datang kepada Allah untuk berlindung dan untuk berteduh. Pemazmur banyak sekali memakai ungkapan, kata yang menggambarkan perlindungan Allah seperti: tempat perlindungan, kubu pertahanan, menudungi dengan sayap, perisai, pagar tembok, tempat perteduhan, menjaga, dan menatang. Semua kata ini adalah ungkapan keyakinannya yang muncul dari kedekatan dan pengenalannya akan Allah, Tuhan yang setia, yang telah membawa nenek moyangnya keluar dari Mesir. Apa yang disaksikan Pemazmur bukan sesuatu yang berdiri sendiri atau sekedar perasaan sentimentilnya melainkan memiliki kaitan historis yang tak terbantahkan. Di sepanjang sejarah Israel terbentang bukti-bukti nyata yang begitu banyak tentang bagaimana Tuhan aktif melindungi umat-Nya dari bahaya alam, dari serangan bangsa-bangsa yang lebih kuat, bahaya sakit penyakit, serangan binatang buas, kejahatan orang fasik, tulah, malapetaka, dsb.

Iman Pemazmur bukan iman yang subyektif. Imannya berdiri di atas landasan yang kuat dan yang mengakar pada perbuatan Allah dalam sejarah. Sangat kontras dengan iman orang jaman sekarang yang cenderung subyektif, apa yang menurut saya benar, kalau kamu merasa berbeda ya silakan. Akibatnya pengajarannya adalah pengajaran dari hasil yang ia rasakan benar, apalagi kalau sudah pakai pakem Tuhan berbicara kepada saya. Kalau Tuhan berbicara kepada kamu ya, itu untuk kamu, belum tentu untuk saya. Simple aja kan?

Kitab suci berulang kali menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan atas alam semesta; segala kekuasaan ada di tangan-Nya. Segala sesuatu berada di bawah kontrol-Nya. Kitab Kejadian pasal satu dimulai dengan “pada mulanya Allah” dan kitab Wahyu diakhiri dengan menegaskan kembali “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.” Sejarah dimulai dengan Allah dan diakhiri oleh Allah.

Kita tidak tahu akan seperti apa setiap hari yang kita lalui, semua yang diprediksi, di rencanakan dengan matang bukanlah jaminan yang pasti. Tanggung jawab kita adalah hidup tekun, tabah dan ulet. Kalaupun Allah mengijinkan adanya kesukaran, kesukaran itu datang bukan untuk menyakiti kita, melainkan untuk kebaikan kita. Untuk melatih kita menjadi dewasa dan berkualitas. Boleh saja kita memohon Tuhan untuk dilalukan dari masalah, namun lebih bijaksana jika kita meminta Tuhan untuk menguatkan kita untuk dapat menanggung masalah itu dengan ketekunan dan kesabaran. Mengapa? Sebab sering kali masalahlah yang membuat kita lebih bijaksana menghadapi hidup, lebih kuat menanggung beban, dan di dalam masalah kita jadi lebih berharap dan hidup berserah kepada Tuhan. Lagi pula malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Sungguh luar biasa perhatian Allah. Meskipun kehadiran malaikat-malaikat di sekitar kita sering tidak kita sadari, namun mereka benar-benar nyata hadir dalam hidup kita. Biginilah keamanan orang-orang yang sepenuhnya mengandalkan Allah.

Kata Tuhan, “Orang yang mencintai Aku akan Kuselamatkan, yang mengakui Aku akan Kulindungi.” (ayat 14). Apakah kita orang yang mencintai Tuhan dan mengakui Dia? Apakah kita orang yang menjadikan Tuhan sebagai tempat perteduhan jiwa kita? Seperti Pemazmur marilah kita datang kepada Allah dan menjadikan Allah tempat perteduhan jiwa kita. Dia Mahakuasa dan mau menolong kita. Percuma Mahakuasa tapi tidak mau menolong atau percuma mau menolong tapi tidak Mahakuasa. Allah kita adalah Mahakuasa dan mau menolong, Dia sangat mengasihi kita. Dialah yang memberikan rasa aman yang sejati bagi jiwa kita. (PC)

Comentarios


bottom of page