top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Jangan Sampai Allah Membiarkan Kita



Yesaya 5:1-7 adalah sebuah puisi cinta tentang Allah yang mengasihi Israel. Allah adalah pemilik dan Israel adalah kebun anggurnya. Sang Pemilik sudah mengelola kebun itu dengan baik, usaha kasih terbaik sudah dilakukan, namun apa yang terjadi? Israel sebagai kebun anggur menghasilkan buah yang asam. Sebagai umat pilihan Allah, bukannya kekudusan, keadilan, kebenaran yang mereka hasilkan, melainkan kelaliman, kekejaman, dan ketidakpedulian sosial. Allah memberikan hukum-hukumnya supaya umat ini mentaati dan menghidupinya agar mereka seperti buah anggur yang manis menjadi berkat bagi bangsa lain, namun apa yang mereka hasilkan adalah anggur asam yang tidak berguna dan dibuang orang.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah pendisiplinan Tuhan kepada umat-Nya. Disiplin itu berupa: meniadakan pagar yang selama ini melindungi kebun anggur itu. Merobohkan temboknya, rumputnya tidak dibersihkan, rantingnya tidak dipotong dan Tuhan menahan awan menurunkan hujan kepada kebun anggur itu. Satu kata yang tepat untuk merangkum semua ini adalah kata PEMBIARAN. Seluruh pengalaman bangsa ini di luar Tuhan adalah pengalaman pembiaran.

Sebagian besar kehancuran yang terjadi pada kebun anggur itu bukan oleh Tuhan, melainkan konsekuensi logis dari pilihan hidup mereka. Mengapa Israel gagal mengahsilkan anggur yang manis? Karena mereka menolak pengajaran Tuhan dan menista firman yang Maha kudus. Mereka membuang hukum-hukum Tuhan dan tidak suka Firman. Orang Israel bukan sekali atau dua kali mengabaikan perintah Tuhan. Mulai dari keluar Mesir sampai tinggal di Kanaan mereka terus menyakiti Tuhan dengan sikapnya. Atas perilaku mereka ini, maka Tuhan sengaja membiarkan berbagai kejadian buruk menimpa mereka.

Ini sebuah peringatan keras kepada umat-Nya juga peringatan keras yang berlaku bagi kita. Jangan sampai Tuhan membiarkan kita. Pembiaran Tuhan adalah malapetakan bagi kita. Sesuatu yang mengerikan bagi kita. Bukankah kita juga kebun anggur-Nya Tuhan? Tuhan telah menyelamatkan kita, mengasihi kita, melindungi dan memberkati hidup kita. Apa balasan kita kepada Tuhan? Apakah Tuhan menemukan kita menghasilkan buah yang manis atau buah yang asam? Bagaimana dengan kehidupan keagamaan kita? Apakah menghasilkan perubahan hidup? Atau sebaliknya kita hidup sama seperti orang yang belum percaya?

Apakah kita mengalami masa-masa Tuhan membiarkan kita hidup semau kita tanpa teguran-Nya? Jika ya, mari kita bertobat dan kembali kepada-Nya. Ini adalah cara yang terbaik. Jangan sampai Tuhan membiarkan kita sebab pembiaran Tuhan adalah malapetaka bagi kita.

Comentarii


bottom of page