top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Menimba dari Sumur

Updated: Oct 31, 2020



Menurut catatan Alkitab, ada hubungan erat antara wanita dan sumur. Wanita seringkali ditemukan ketika menimba air di sumur. Di jaman itu, menimba air menjadi salah satu tugas utama wanita. Kebanyakan sumur terletak di luar kota dan agak jauh dari keramaian, maka biasanya para wanita akan datang bersama dengan wanita-wanita lain di jam-jam tertentu, di pagi atau sore hari. Tentunya hal itu terkait dengan keselamatan mereka. Seringkali di lokasi mereka bertemu kelompok wanita lain yang juga datang menimba air, jadilah mereka ngobrol dan bercengkrama. Sumur menjadi tempat bertemu dan bersosialisasi. Wanita Samaria dalam Yohanes 4:1-42, tidak seperti wanita-wanita yang bergerombol datang ke sumur, ia datang sendirian dan mengambil air di siang hari dan bukan di jam-jam tertentu seperti umumnya. Mengapa? Ditafsirkan bahwa perempuan tersebut memang sengaja tidak ingin bertemu orang lain. Mungkin ia menyadari karena masyarakat tidak terlalu menyukainya, akibat kehidupan pribadinya yang tidak terlalu positif.

Seperti para wanita, sebetulnya setiap hari kita juga “menimba air”. Kita bekerja keras, banting tulang, mencari nafkah. Khususnya di masa pandemi ini semua orang bekerja dalam tekanan, kekuatiran dan dalam ketidak pastian. Keadaan yang serba tidak pasti menimbulkan banyak emosi-emosi negatif, mengoncang psikologis kita, membuat kita tertekan, batin menjadi lelah, akhirnya jadi cepat marah, banyak kecemasan, tidak fokus, dan relasi dengan orang lain jadi terganggu.

Lebih lanjut, ketidakpastian juga mengoncang spiritualitas kita. Kita bertanya-tanya, Tuhan ini sampai kapan? Mengapa ini terjadi, bagaimana nasib kami ke depannya? kita mulai kecewa, lama-lama mulai meragukan Tuhan. Kalau dibiarkan terus, akan timbul resistensi: kita berkata, peduli dengan semua ini, saya akan fokus kerja agar tetap bisa hidup, saya tidak bisa berharap kepada siapapun. Kita tidak bisa bersyukur, tidak ambil peduli yang namanya doa, baca Alkitab, ibadah, dsb. Kita lelah menimba: lelah berusaha, lelah karena tekanan.

Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Kalau iya, saya ingin katakan: Jangan kecewa dan jangan meragukan kasih Tuhan. Tuhan sangat peduli kepada setiap kita. Coba lihat catatan di awal kisah ini, di siang hari yang paling panas, jam 12 siang, Yesus duduk di pinggir sumur, seorang wanita datang menimba air dan Yesus berkata, “Berilah Aku minum.” Bagi saya adegan ini sangat mengharukan sekaligus menguatkan. Mengapa? Ya, saat matahari paling panas, jam 12 siang Tuhan Yesus ada di sana. Saat seorang wanita terhuyung-huyung di siang yang panas sambil membawa tempayan, Tuhan peduli kepadanya. Ketika Yesus berkata kepada wanita itu, “Berilah Aku minum” menyatakan bahwa Ia rindu masuk kedalam kehidupannya, Dia mau terlibat dalam kesulitan manusia, Dia mengerti perjuangan dan kehausan jiwa manusia akan kebenaran. Kalau seperti itu, bagaimana mungkin Yesus tidak mempedulikan engkau dan saya? Dia sangat memperdulikan kamu.

Jangan biarkan roh kamu menjadi lemah. Jika roh kamu lemah, maka keinginan daging menjadi kuat. Tidak ada cara lain selain kembali kepada Tuhan. Sering-sering berdoa, rutin memberi asupan makanan kepada rohani kamu dengan baca Alkamub dan terus mendekatkan diri pada Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan menimbulkan perasaan positif, keyakinan dan pengharapan yang sangat berguna untuk melawan kecemasan, kekuatiran dan ketakutan dalam diri kamu.

Rupanya di balik pekerjaan menimba air, wanita ini memiliki problem yang tidak kasatmata (ayat 16-19). Ia mengalami banyak kepahitan dalam hidupnya. Lebih jauh ia mengalami kekosongan kasih sejati. Ia mencari kasih melalui lima pernikahannya namun gagal dan sekarang ia mencari lagi kepada pacarnya yang baru. Ia pikir semua ini akan memberinya kepuasan batin dan ternyata tidak, ia tetap haus. Ia terus menimba, tetapi tidak mendapatkan air yang bisa memberinya keteduhan jiwa dan memuaskan dahaganya. Karena kehidupannya seperti ini orang-orang menjauh dari dia, tetapi apa boleh buat, ia harus tetap hidup. Menjauhi orang dan menutup diri adalah satu-satunya cara baginya untuk tetap aman dan bebas dari kepedihan. Ia terperangkap di jalan buntu, tetapi dia terus melakukannya karena hanya itu satu-satunya cara merespons yang ia ketahui.

Seperti perempuan Samaria, kita yang hidup di jaman modern ini pun memiliki banyak kehausan yang coba kita atasi dengan berbagai cara. Seringkali ada defisit dalam jiwa yang mendorong seseorang untuk mencari pemuasannya. Ada orang berpikir bahwa harta kekayaan, kekuasaan, kesenangan bisa memuaskan kehausan jiwanya. Ada yang berpikir kehidupan seksual bisa memuaskan, ada yang berpikir hidup asketis/bertapa berpuasa, hidup menjauhi nafsu duniawi bisa memuaskan, dsb. Wanita Samaria ini didorong oleh kekurangan akan kasih dan perhatian membuat ia mencari pemuasannya dalam diri pria-pria yang memanfaatkan dirinya. Tetapi seperti minum air laut, semakin ia minum semakin haus. Ia tidak mendapakan apa yang dicarinya.

Kehausan apa yang sedang kamu coba atasi saat ini? Tidak masalah kalau kamu mengalami defisit dalam jiwa yang tidak terpenuhi di masa lalu. Mungkin engkau kekurangan kasih sayang sehingga engkau terus mencari pemuasannya dari satu orang ke orang lainnya. Mungkin engkau tidak berani membina hubungan yang akrab dengan orang lain sehingga membuat engkau merasa tidak berharga. Mungkin engkau mengalami trauma sehingga ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui anda. Apa pun yang engkau alami Tuhan mampu memulihkan dan menyegarkan jiwamu. Berhentilah mencari dan datanglah kepada Yesus. Dia memulihkan wanita Samaria, Dia dapat memulihkan kamu juga di saat ini. Kuasa-Nya masih sama dan tidak berubah.

Wanita Samaria ini dikatakan ia meninggalkan tempayannya, lalu pergi ke kota dan memberitakan Kristus (ayat 28). Mata air dalam dirinya mulai memancar keluar. Ia ingin berbagi, ia tahu banyak orang Samaria lainnya yang memiliki pergumulan pahit seperti dirinya. Kehidupannya mulai berdampak. Sebagai hasilnya banyak orang yang percaya dan lebih banyak lagi yang ia bawa kepada Yesus (ayat 39,41).

Yesus adalah pusat dari kehidupan manusia. Yesus adalah pemulih jiwa yang merana. Ia menyembuhkan luka-luka trauma, melepaskan kamu dari keterikatan dengan masa lalu, dan kepahitan. Yesus membebaskan kamu dari ikatan dosa, Ia mengisi kekosongan jiwa dengan cinta kasih. Dia memberi kamu makna dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Ia memberi kamu kasih, relasi dan keintiman dengan Allah sehingga kamu mengalami kepenuhan dan tidak perlu lagi mencari dari dunia ini.

Agustinus menuliskan bahwa tidaklah sia-sia keletihan Kristus, karena dengan keletihan-Nya, Kristus menyegarkan orang-orang yang keletihan dan mencari orang-orang yang keletihan. Engkaukah yang Yesus cari? Engkaukah orang letih itu? Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Maukah engkau datang kepada-Nya dan meminta air hidup yang Ia berikan? Ia dapat menyegarkan jiwamu.

Comments


bottom of page