top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Menjadi Orang yang Memiliki Integritas



Integritas adalah ketika apa yang kita katakan sama dengan apa yang kita lakukan. Tidak ada perbedaan antara “siapa kita ketika dilihat orang” dengan “siapa kita ketika tidak ada satupun orang yang melihat”. C. S. Lewis mengatakan, “Integritas adalah melakukan hal yang benar ketika tidak ada yang melihat”.

Kita perlu memiliki integritas karena itu yang dicari-cari orang. Perusahaan carinya karyawan berintegritas, sekolah carinya guru/murid berintegritas. Cari pembantu atau baby sitter, carinya yang jujur dan dapat dipercaya. Apalagi cari pasangan hidup, pasti cari yang berintegritas. Pendek kata integritas adalah soft skill yang tidak hanya berlaku dalam profesi tetapi berlaku dalam segala bidang kehidupan. Integritas adalah mata uang yang berlaku di mana-mana.

Sungguhpun kita menghargai dan menginginkan orang berintegritas, kalau mau jujur, kita sendiri belum tentu mempraktekkan hidup berintegritas. Kita minta orang lain jujur, tetapi kalau kita sendiri disuruh jujur, kita mulai mikir, kalau saya jujur, saya tidak bisa mendapatkan hasil lebih banyak daripada yang bisa saya dapat seandainya saya tidak jujur. Biaya perjalanan dinas 3 hari ditulis 5 hari, selebihnya masuk kantong sendiri. Ketika godaan untuk tidak jujur sangat kuat, kita bukannya melawannya, sebaliknya kita mulai merasionalisasi diri dan berkata, sekali saja, hanya sekali setelah itu aku tidak akan melakukannya lagi. Memang akhirnya kita tidak melakukannya sekali, tetapi melakukannya berkali-kali. Dosa memang menyenangkan….

Dalam Alkitab ada banyak tokoh yang berintegritas, salah satunya adalah Ayub. Terjemahan New Living Translation (NLT) menuliskan Ayub sebagai “a man of complete integrity.” Ada empat kata yang dipakai di sini (ayat 1). Ayub hidup saleh (taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah), jujur (lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, benar dalam pikiran, perkatan dan perbuatan), takut akan Tuhan (menghormati Tuhan dan menempatkan dirinya di bawah kontrol Tuhan, suatu kesadaran bahwa Tuhan itu kudus, marah terhadap dosa dan berkuasa untuk menghukum mereka yang melanggar) dan menjauhi kejahatan (menjaga diri, menolak melakukan atau berkompromi dengan kejahatan). Takut akan Allah dan menjauhi kejahatan menjadi landasan kesalehan dan kejujuran Ayub. Jadi integritas orang Kristen adalah satu paket dengan kehidupan rohaninya. Integritasnya adalah produk dari hidup takut akan Allah dan percaya hidup ini kelak harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.

Ayub tidak menduga kehidupannya ternyata menjadi perbincangan Tuhan dengan Iblis (ayat 6-12) saya sebut ini perbincangan di alam kosmik. Apakah kita pernah berpikir bahwa kehidupan kita ternyata diperbincangkan di alam kosmik? Selama ini kita kan selalu berpikir apa yang saya lakukan tidak ada yang tahu, tidak ada yang melihat, tidak masalah, dsb. Benarkah tidak ada masalah? “Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” (Ams 15:3). Jangan pikir apa yang kita lakukan tidak ada yang tahu, tidak ada yang peduli, tidak ada yang mencatat, kita bisa pura-pura bermain sandiwara, kita bisa melakukan apa saja untuk memuaskan hawa nafsu kita. Tuhan memperhatikan apa yang kita lakukan.

Perlu diingat integritas bukanlah semata-mata suatu produk budaya, atau sekedar kesadaran moralitas bahwa integritas itu sikap yang mulia yang perlu kita miliki. Kesadaran moralitas tidak akan bertahan kalau berasal dari diri sendiri. Sebab berakuntabilitas pada diri sendiri adalah akuntabilitas yang lemah. Kita sangat permisif terhadap diri sendiri. Integritas harus berakuntabilitas kepada Allah. Di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru yang dimampukan untuk hidup berintegritas. Roh Kudus setiap saat menuntun kita untuk menjalani kehidupan sebagai ciptaan baru. Kita memiliki sumber daya integritas yang hebat dan menginspirasi.

Bagaimana menjaga integritas diri kita?

Pertama, Miliki relasi yang akrab dengan Tuhan, sediakan waktu untuk baca Alkitab, berdoa, percayai dan praktekkan firman Tuhan dalam segala keadaan.

Kedua, Berakuntabilitas kepada Tuhan. Setiap hari sadari bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah kita. Ketika tidak ada orang yang melihat, ada Tuhan melihat. Dia mengawasi kita. Yusuf ketika digoda oleh istri Potifar (Kej. 39:90) ia berkata:”bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini DI HADAPAN Allah?” Yusuf menyebutkan perkataan ‘di hadapan Allah’ seolah-olah Allah hadir di depan dia dan sedang mengawasi dirinya. Itu sebabnya, ia tidak berani melakukan kejahatan. Cara yang sama harus terjadi pada kita. Ketika godaan datang, segera berkata pada diri sendiri, Tuhan melihat, Tuhan tidak berkenan saya lakukan ini. Jika kita sudah tahu keputusan yang diambil bertentangan dengan Alkitab, jangan teruskan, jangan masih main hajar aja. Jangan pikir yang penting untung, tetapi pikirlah bahwa kelak saya harus mempertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

Ketiga, Kita harus menolak semua perbuatan memalukan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Integritas harus tetap terus dipeliharan dan dipertahankan. Ayub berkata, “Sampai aku mati aku tidak akan menyingkirkan integritasku dari diriku!” (Ayub. 27:5). Bagaimana dengan kita? Di masa pandemik Corona ini, mampukah kita memperlihatkan integritas dengan melakukan hal yang benar di mata Tuhan? Apakah kita jujur dan dapat dipercaya? Apakah apa yang kita katakan sama dengan apa yang kita lakukan? Apakah kita melakukan hal yang benar ketika tidak ada yang melihat? Ketika bekerja dari rumah apakah kita sedisiplin seperti ketika di kantor? Apakah kita patuh terhadap protokol kesehatan, peraturan PSBB? Apakah kita tetap setia beribadah melalui live atau rekaman sekalipun tidak ada yang mengontrol? Bagaimana perilaku kita saat menjalani karantina di rumah? Apakah kita bersedia melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin, sekalipun dalam keadaan sulit dan tidak ada yang melihat? Semua keadaan ini menguji konsistensi integritas kita.

Sukses yang diperoleh dengan mengorbankan integritas bukanlah sukses. Menjadi orang yang memiliki integritas mungkin tidak akan selalu mendapat upah atau keuntungan, namun memiliki integritas adalah tanggung jawab kita sebagai orang yang telah dilahirkan baru sebab hidup berintegritas adalah hidup yang otentik sebagai manusia yang telah lahir baru. Selamat menjalani kehidupan yang berintegritas.

Yorumlar


bottom of page