top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Jangan Mau Dikuasai Rasa Takut

Updated: Aug 1, 2020



Matius 8:23-27


Kalau kita perhatikan, saat terjadi badai, air mulai masuk dan perahu tidak dapat dikendalikan, mengapa Yesus mengatakan kepada murid-murid “mengapa kamu takut?” bukan misalnya “mengapa kamu kurang bisa mengendalikan perahu ini?”atau “kamu nelayan kok kurang terampil sih?” atau Yesus bisa saja menyindir: “Jangan mengaku pelaut kalau kamu takut ombak!”. Sepertinya perkataan Yesus tidak kena mengena dengan masalah yang dihadapi.

Yesus tidak bertanya seperti itu karena Yesus memperhatikan hal yang lebih penting, yakni soal hati. Di mata Yesus, masalah murid-murid bukanlah badai, tetapi kekurang percayaan mereka. Bagaimana tidak, setiap hari para murid ini bersama Yesus, mereka telah melihat bagaimana Yesus menyatakan kuasa-Nya dengan melakukan banyak mujizat. Mereka pasti bangga menjadi murid Yesus dan dalam hati mereka sudah sangat yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Namun saat sendiri menghadapi bahaya, mereka menjadi panik dan lupa semuanya. Mengapa? Karena mereka lebih berfokus pada masalah akhirnya mereka dikuasai oleh ketakutan. Mereka berteriak, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” (ay. 25). Kata “kita” di sini sesungguhnya meniadakan arti kehadiran Tuhan. Seolah-olah Tuhan tidak berdaya seperti mereka. Kalau perahu tenggelam Tuhan juga binasa. Ketakutan telah mengambil tempat yang lebih dominan daripada iman mereka. Itulah sebabnya Yesus menegur “mengapa kamu takut, mengapa kamu kurang percaya?” Yesus meletakkan kembali persektif yang benar, yaitu percaya meniadakan ketakutan.

Masalah murid-murid ternyata juga menjadi masalahnya kita. Contohnya di saat-saat sulit kita seringkali merasa seolah-olah Yesus sedang “tidur”. Allah diam, kita yang harus berjuang sendiri dalam kesulitan. Apakah kita menyadari ketika kita merasa Allah diam, sebenarnya Allah sedang memberikan ruang bagi kita untuk mengalami dan menyelami kesulitan itu, tujuannya supaya kita semakin dewasa dan bertumbuh. 1 Korintus 10:13 “pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa…Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu…” Ayat ini mengatakan bahwa Allah tidak membiarkan kita. Artinya Allah tidak tidur, Allah tidak diam. Sebaliknya Ia peduli, Ia menjaga dan tidak melepas kita sesaat pun tanpa diawasi-Nya. Perhatikan lagi ayat di atas, "Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.” Begitu teliti, begitu akurat, begitu detail dan begitu waspadanya Allah menjaga dan melindungi diri kita sampai Ia tahu di mana batas kekuatan kita. Roma 8:28 “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia…” Artinya Allah tidak hanya tidak membiarkan kita, Allah juga tidak membiarkan segala sesuatu yang terjadi kepada kita tanpa hal tersebut berubah menjadi kebaikan bagi kita. Inilah keadaan sesungguhnya yang terjadi ketika kita pikir Allah diam. Allah peduli, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, Allah campur tangan.

Tetapi mengapa pada saat menghadapi masalah kita seringkali malah menjadi orang yang kurang percaya? Kita perlu tahu bagaimana percaya ini masuk dalam sistem pikiran kita. Pertama, melalui semakin mengenal Yesus (tiap hari baca dan renungkan Alkitab). Kedua, melalui mengalami Dia: merasai pertolongan-Nya, merasai perubahan hidup kita, mengalami Tuhan menjawab doa-doa kita, merasakan ketenangan, kedamaian dalam hati, dsb. Ini adalah pengalaman ‘mengalami’ Tuhan. Untuk mengalami Tuhan seringkali kita harus belajar untuk percaya terlebih dahulu. Setelah mengalami Tuhan, kita akan punya perspektif dan iman yang baru seperti yang terjadi pada murid-murid (ay. 27). Di awal, murid-murid dengan panik membangunkan Yesus yang sedang tidur dan berkata, “kita binasa”. Setelah Yesus menghardik angin dan danau itu menjadi teduh sekali, murid-murid menjadi heran dan berkata, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Setelah mengalami Tuhan lewat peristiwa ini, para murid memiliki iman dan perspektif yang baru. Yesus adalah Tuhan, Ia bukan manusia biasa ketika Yesus mengatakan "mengapa kamu takut?" Ia ingin kita percaya kapada Dia sepenuhnya.

Yesus telah menunjukkan jalan agar saat menghadapi kesulitan, bahaya, atau sakit penyakit, kita bisa tetap tenang dan tidak dikuasai ketakutan. Takut adalah manusiawi, tetapi terus dikuasai rasa takut dapat melumpuhkan hidup kita. Satu-satunya cara mengendalikan rasa takut adalah dengan percaya. Percaya kepada-Nya dan perkataan-Nya. Dia yang berkuasa menenangkan badai dapat menenangkan hati kita. Ketika kesulitan dan penderitaan hadir, Yesus juga hadir, dan di mana Yesus hadir, di situ ada ketenangan. Percaya menghilangkan ketakutan dan memberi rasa damai di dalam hati. (PC)

Comments


bottom of page