top of page
Writer's picturePaulus Chendi

Membangun Optimisme Hidup



Dalam hidup ini, kita perlu yang namanya sikap optimis. Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui dari cara berpikir dia terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa.

Bagaimana dia menjelaskan kepada dirinya sendiri mengapa suatu itu peristiwa terjadi. Contoh: gelas dengan setengah air di dalamnya: positif atau negatif? Gaya penjelasan yang dipakai merupakan indikator optimis atau pesimisnya seseorang. Kalau dia melihat peristiwa itu positif ia optimis, kalau negatif dia jadi pesimis.

Sebagai orang percaya sikap optimis ini bukan produk sugesti diri atau manipulasi adrenalin kita. Optimisme yang berasal dari sugesti diri dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri, tidak akan bertahan sebab diri ini terbatas.

Sikap optimis harus berasal dari mempercayai Tuhan bahwa Ia yang memelihara dunia ini dan yang juga berjanji memelihara hidup setiap kita. Belajar dari Mazmur 144:1-2 Tuhan adalah:

  • Gunung batuku pada-Nya aku berlindung, dan dari-Nya aku mendapat kekuatan.

  • Tempat perlindunganku, Kubu pertahananku dan kota bentengku, yang di dalam-Nya aku merasa aman.

  • Penyelamatku, Perisaiku, untuk menjagaku dari serangan si jahat. Ke mana pun aku pergi, aku membawa serta perlindungan ini bersama ku.

Optimis yang didasarkan pada keyakinan Tuhan terlibat dalam hidup kita adalah optimisme yang kuat dan bertahan. Optimisme harus dibangun atas dasar pengharapan kepada Tuhan.

Sejarah suci Alkitab memuat tindakan-tindakan besar dan ajaib yang Allah lakukan dalam sepanjang sejarah. Dalam diri seseorang yang optimis selalu tersimpan energi untuk berharap. Dengan demikian, ia tidak gampang cepat berputus asa karena memiliki keyakinan yang pasti bahwa Tuhan sanggup menolong dirinya dan pada akhirnya menjadikan semuanya indah dan berguna. Beralih lah dari berharap kepada diri sendiri kepada mengharapkan Tuhan.

Comments


bottom of page